Penanganan Ikan di Atas Kapal
http://supriantopakarti.blogspot.co.id/. Penanganan ikan segar merupakan salah satu bagian
penting dari mata rantai industri perikanan. Penanganan ikan laut pada dasarnya
terdiri dari dua tahap, yaitu penanganan di atas kapal dan penanganan di darat.
Penanganan ikan setelah penangkapan atau pemanenan memegang peranan penting
untuk memperoleh nilai jual ikan yang maksimal. Tahap penanganan ini menentukan
nilai jual dan proses pemanfaatan selanjutnya serta mutu produk olahan ikan
yang dihasilkan.
Salah satu faktor yang menentukan nilai jual ikan dan
hasil perikanan yang lain adalah tingkat kesegarannya. Tingkat kesegaran ikan
terkait dengan cara penanganan ikan. Ikan segar adalah ikan yang masih mempunyai
sifat yang sama seperti ikan hidup baik rupa, bau, rasa maupun teksturnya.
Kecepatan pembusukan ikan setelah penangkapan dan
pemanenan sangat dipengaruhi oleh teknik penangkapan dan pemanenan, kondisi biologis
ikan, serta teknik penanganan dan penyimpanan di atas kapal. Oleh karena itu,
segera setelah ikan ditangkap atau dipanen harus secepatnya diawetkan dengan
pendinginan atau pembekuan.
Proses atau prosedur penanganan ikan di atas kapal
merupakan penanganan awal yang sangat menentukan terhadap penangananan dan
pengolahan ikan selanjutnya. Teknik penanganan pasca penangkapan dan pemanenan
berkolerasi positif dengan kualitas ikan dan hasil perikanan yang diperoleh.
Semakin baik teknik penanganannya maka semakin bagus kualitas ikan, dan semakin
tinggi nilai jual ikan tersebut.
Batasan penanganan ikan di atas kapal meliputi
perlakuan-perlakuan yang diberikan sejak ikan ada dalam alat tangkap (pancing
atau jaring) hingga ikan tersebut sampai ke darat. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan
kerusakan-kerusakan fisik, kimia, dan mikrobiologi serta memperlambat proses
biokimia yang mengarah pada proses pembusukan.
Penanganan dan penempatan ikan secara higienis merupakan
prasyarat dalam menjaga ikan dari kemunduran mutu karena baik buruknya penanganan
akan berpengaruh langsung terhadap mutu ikan sebagai bahan makanan atau bahan
baku untuk pengolahan lebih lanjut.
Demikian juga penempatan ikan pada tempat yang tidak
sesuai, misalnya pada tempat yang bersuhu panas, terkena sinar matahari langsung,
tempat yang kotor dan lain sebagainya akan berperan mempercepat mundurnya mutu
ikan Produk perikanan termasuk produk yang memiliki sifat sangat mudah rusak/busuk.
Tubuh ikan mempunyai kadar air yang tinggi dan pH tubuh yang mendekati netral
sehingga merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri pembusuk maupun
organisme lain. Setelah ikan mati, berbagai proses perubahan fisik, kimia, dan organoleptic
berlangsung dengan cepat. Semua proses perubahan ini akhirnya mengarah ke
pembusukan. Proses perubahan pada tubuh ikan terjadi karena adanya aktivitas
enzim, mikroorganisme atau oksidasi oksigen.
Penanganan dilakukan dalam rangka menghambat proses
penguraian jaringan tubuh (pembusukan) sehingga ikan dapat disimpan selama mungkin
dalam keadaan baik. Oleh karenanya begitu ikan tertangkap harus diangkat
secepat mungkin ke atas kapal dan ditangani dengan baik serta hati-hati untuk
kemudian disimpan di cold storage atau diolah bahkan langsung dimasak untuk
dikonsumsi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses
penanganan di atas kapal diantaranya adalah alat penanganan, media pendingin, teknik
penanganan, dan keterampilan pekerja. Penggunaan alat-alat penanganan yang
lengkap, bersih, dan baik dapat memperkecil kerusakan fisik, kimia,
mikrobiologi dan bikimia. Media pendingin yang memberikan hasil terbaik adalah
media pendingin yang dapat memperlambat proses biokimia dan pertumbuhan mikroba
daging ikan.
Teknik penanganan yang dilakukan sesuai dengan standar
HACCP akan memberikan hasil yang baik pula. Pekerja yang terampil dan cekatan akan
memberikan hasil penanganan yang baik pula. Penangkapan ikan di laut biasa dilakukan
oleh penangkap ikan baik dengan perahu layar hingga kapal besar dengan
fasilitas mesin pendingin atau pabrik pengolah di atas kapal. Alat
penangkapannyapun berbeda-beda, dari jaring kantung, jaring insang, long line
maupun pancing tonda. Semua cara penangkapan mempengaruhi cara penanganannya.
Banyak cara untuk penanganan ikan seperti diuraikan di
atas dari mulai penyiapan deck dan peralatan yang higienis, penyortiran atau pemisahan
ikan perjenis, pemilahan ikan yang rusak, pembersihan dan pencucian,
perlindungan dari sengatan matahari dan suhu tinggi, penyimpanan dalam ruang
suhu dingin (chilling room) termasuk di dalamnya pemalkahan, peng-es-an,
perendaman dengan air laut yang didinginkan (iced sea water, refrigerated sea
water dan lain sebagainya).
Dari uraian diatas maka prinsip yang harus dilakukan
dalam penanganan dan penyimpanan hasil perikanan adalah mempertahankan
kesegaran dengan perlakuan yang cermat dan hati-hati serta cepat menurunkan suhu
ikan hingga 0o C bahkan suhu pusatnya mencapai -18o C dengan perlakuan secara
bersih dan hygiene (Ilyas, S., 1993). Ikan kembung dan ikan tembang adalah ikan
yang sering tertangkap dengan jarring lingkar. Garis besar tahapan kegiatan
penanganan ikan di kapal penangkap :
1.
Mengangkat ikan dari air
2.
Melepas ikan dari alat tangkap
3.
Mendinginkan ikan
4.
Menyiangi ikan apabila diperlukan
5.
Mencuci ikan dengan air dingin
6.
Menempatkan ikan dalam wadah portable sesuai
dengan jenis, ukuran dan mutu ikan (sortasi/seleksi) serta memberinya es dengan
jumlah yang cukup.
7.
Menyimpan didalam palkah berisolasi dengan es.
8. Merawat ikan selama penyimpanan sampai dengan saat pembongkarannya di
pangkalan pendaratan ikan (PPI) atau pelabuhan perikanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar