Tangkap Ikan Model Surplus Produksi
http://supriantopakarti.blogspot.co.id/ Tujuan penggunaan model surplus produksi adalah untuk
menentukan tingkat upaya optimum (biasa disebut EMSY atau effort MSY), yaitu
suatu upaya yang dapat menghasilkan suatu hasil tangkapan maksimum lestari
tanpa mempengaruhi produktivitas stok secara jangka panjang, yang biasa disebut
hasil tangkapan maksimum lestari (maximum sustainable yield/MSY). Model surplus
produksi dapat diterapkan bila diketahui dengan baik tentang hasil tangkapan
total (berdasarkan spesies) dan atau hasil tangkapan per unit upaya (catch per
unit effort/CPUE) per spesies dan atau CPUE berdasarkan spesies dan upaya
penangkapannya dalam beberapa tahun. Upaya penangkapan harus mengalami
perubahan substansial selama waktu yang dicakup (Sparre & Venema 1999).
Gulland (1988) menguraikan bahwa maksimum sustainable
yield (MSY) adalah hasil tangkap terbanyak berimbang yang dapat dipertahankan
sepanjang masa pada suatu intensitas penangkapan tertentu yang mengakibatkan
biomas sediaan ikan pada akhir suatu periode tertentu sama dengan sediaan
biomas pada permulaan periode tertentu tersebut. Maksimum Sustainable Yield
mencakup 3 hal penting :
a.
Memaksimalkan kuantitas beberapa komponen
perikanan
b.
Memastikan bahwa kuantitas-kuantitas tersebut
dapat dipertahankan dari waktu ke waktu.
c.
Besarnya hasil penangkapan adalah alat ukur yang
layak untuk menunjukkan keadaan perikanan
Model surplus produksi yang digunakan untuk menentukan
MSY dan upaya penangkapan optimum ini menyangkut hubungan antara kelimpahan
dari sediaan ikan sebagai massa yang uniform dan tidak berhubungan dengan
komposisi dari sediaan seperti proporsi ikan tua atau besar. Kelebihan model
surplus produksi ini adalah tidak banyak memerlukan data, yaitu hanya data
hasil tangkapan dan upaya penangkapan atau hasil tangkapan per satuan upaya.
Persyaratan untuk analisis model surplus produksi adalah
sebagai berikut
(Sparre
& Venema 1999):
(1)
Ketersediaan ikan pada tiap-tiap periode tidak
mempengaruhi daya tangkap relatif
(2)
Distribusi ikan menyebar merata
(3)
Masing-masing alat tangkap menurut jenisnya
mempunyai kemampuan tangkap yang seragam
Asumsi yang digunakan dalam model surplus produksi
menurut Sparre dan Venema (1999) adalah :
(1)
Asumsi dalam keadaan ekuilibrium; Pada keadaan
ekuilibrium, produksi biomassa per satuan waktu adalah sama dengan jumlah ikan
yang tertangkap (hasil tangkapan per satuan waktu) ditambah dengan ikan yang
mati karena keadaan alam.
(2)
Asumsi biologi; Alasan biologi yang mendukung
model surplus produksi telah dirumuskan dengan lengkap oleh Ricker (1975 diacu
dalam Kurniawati 2005) sebagai berikut :
a.
Menjelang densitas stok maksimum, efisiensi
reproduksi berkurang, dan sering terjadi jumlah rekrut lebih sedikit daripada
densitas yang lebih kecil. Pada kesempatan berikutnya, pengurangan dari stok
akan meningkatkan rekrutmen
b.
Bila pasokan makanan terbatas, makanan kurang
efisien dikonversikan menjadi daging oleh stok yang besar daripada oleh stok
yang lebih kecil. Setiap ikan pada suatu stok yang besar masing-masing
memperoleh makanan lebih sedikit; dengan demikian dalam fraksi yang lebih besar
makanan hanya digunakan untuk mempertahankan hidup, dan dalam fraksi yang lebih
kecil digunakan untuk pertumbuhan
c.
Pada suatu stok yang tidak pernah dilakukan
penangkapan terdapat kecenderungan lebih banyak individu yang tua dibandingkan
dengan stok yang telah dieksploitasi
(3) Asumsi terhadap koefisien kemampuan menangkap; Pada model surplus
produksi diasumsikan bahwa mortalitas penangkapan proporsional terhadap upaya.
Namun demikian upaya ini tidak selamanya benar, sehingga kita harus memilih
dengan benar upaya penangkapan yang benar-benar berhubungan langsung dengan
mortalitas penangkapan. Suatu alat tangkap (baik jenis maupun ukuran) yang
dipilih adalah yang mempunyai hubungan linear dengan laju tangkapan.