Selasa, 24 Mei 2016

Tangkap Ikan Model Surplus Produksi

Tangkap Ikan Model Surplus Produksi
http://supriantopakarti.blogspot.co.id/ Tujuan penggunaan model surplus produksi adalah untuk menentukan tingkat upaya optimum (biasa disebut EMSY atau effort MSY), yaitu suatu upaya yang dapat menghasilkan suatu hasil tangkapan maksimum lestari tanpa mempengaruhi produktivitas stok secara jangka panjang, yang biasa disebut hasil tangkapan maksimum lestari (maximum sustainable yield/MSY). Model surplus produksi dapat diterapkan bila diketahui dengan baik tentang hasil tangkapan total (berdasarkan spesies) dan atau hasil tangkapan per unit upaya (catch per unit effort/CPUE) per spesies dan atau CPUE berdasarkan spesies dan upaya penangkapannya dalam beberapa tahun. Upaya penangkapan harus mengalami perubahan substansial selama waktu yang dicakup (Sparre & Venema 1999).
Gulland (1988) menguraikan bahwa maksimum sustainable yield (MSY) adalah hasil tangkap terbanyak berimbang yang dapat dipertahankan sepanjang masa pada suatu intensitas penangkapan tertentu yang mengakibatkan biomas sediaan ikan pada akhir suatu periode tertentu sama dengan sediaan biomas pada permulaan periode tertentu tersebut. Maksimum Sustainable Yield mencakup 3 hal penting :
a.    Memaksimalkan kuantitas beberapa komponen perikanan
b.    Memastikan bahwa kuantitas-kuantitas tersebut dapat dipertahankan dari waktu ke waktu.
c.    Besarnya hasil penangkapan adalah alat ukur yang layak untuk menunjukkan keadaan perikanan
Model surplus produksi yang digunakan untuk menentukan MSY dan upaya penangkapan optimum ini menyangkut hubungan antara kelimpahan dari sediaan ikan sebagai massa yang uniform dan tidak berhubungan dengan komposisi dari sediaan seperti proporsi ikan tua atau besar. Kelebihan model surplus produksi ini adalah tidak banyak memerlukan data, yaitu hanya data hasil tangkapan dan upaya penangkapan atau hasil tangkapan per satuan upaya.
Persyaratan untuk analisis model surplus produksi adalah sebagai berikut
(Sparre & Venema 1999):
(1)     Ketersediaan ikan pada tiap-tiap periode tidak mempengaruhi daya tangkap relatif
(2)     Distribusi ikan menyebar merata
(3)     Masing-masing alat tangkap menurut jenisnya mempunyai kemampuan tangkap yang seragam
Asumsi yang digunakan dalam model surplus produksi menurut Sparre dan Venema (1999) adalah :
(1)     Asumsi dalam keadaan ekuilibrium; Pada keadaan ekuilibrium, produksi biomassa per satuan waktu adalah sama dengan jumlah ikan yang tertangkap (hasil tangkapan per satuan waktu) ditambah dengan ikan yang mati karena keadaan alam.
(2)     Asumsi biologi; Alasan biologi yang mendukung model surplus produksi telah dirumuskan dengan lengkap oleh Ricker (1975 diacu dalam Kurniawati 2005) sebagai berikut :

a.       Menjelang densitas stok maksimum, efisiensi reproduksi berkurang, dan sering terjadi jumlah rekrut lebih sedikit daripada densitas yang lebih kecil. Pada kesempatan berikutnya, pengurangan dari stok akan meningkatkan rekrutmen
b.      Bila pasokan makanan terbatas, makanan kurang efisien dikonversikan menjadi daging oleh stok yang besar daripada oleh stok yang lebih kecil. Setiap ikan pada suatu stok yang besar masing-masing memperoleh makanan lebih sedikit; dengan demikian dalam fraksi yang lebih besar makanan hanya digunakan untuk mempertahankan hidup, dan dalam fraksi yang lebih kecil digunakan untuk pertumbuhan
c.       Pada suatu stok yang tidak pernah dilakukan penangkapan terdapat kecenderungan lebih banyak individu yang tua dibandingkan dengan stok yang telah dieksploitasi
  (3)  Asumsi terhadap koefisien kemampuan menangkap; Pada model surplus produksi diasumsikan bahwa mortalitas penangkapan proporsional terhadap upaya. Namun demikian upaya ini tidak selamanya benar, sehingga kita harus memilih dengan benar upaya penangkapan yang benar-benar berhubungan langsung dengan mortalitas penangkapan. Suatu alat tangkap (baik jenis maupun ukuran) yang dipilih adalah yang mempunyai hubungan linear dengan laju tangkapan.

Alat Tangkap Ikan Sodok

Alat Tangkap Ikan Sodok
http://supriantopakarti.blogspot.co.id/ Sodok adalah kelompok pukat dorong. Dalam pengoperasiannya jarring dibentangkan dalam air dengan menggunakan kerangka bambu atau kayu ataupun rotan. Sodok adalah pukat dorong yang berbentuk kerucut. Disekitar jarring terbuat bisa dari bambu ataupun rotan. Bambu yang digunakan berdiameter 3 cm dengan panjang sisi kanan dan kiri bambu 207 cm yang terdiri dari panjang rangka untuk jaring 172 cm dan sisanya 35 cm sebagai pangkal untuk memegang jaring. Pada alas jaring juga diberikan bambu untuk membuka jarring dengan ukuran 176 cm.
Sodok merupakan alat tangkap sederhana yang dalam pengoperasiannya menggunakan tenaga manusia dan umumnya para nelayan menggunakan sodok di daerah yang dangkal dan berlumpur. Sodok bisa digunakan pada malam hari dengan menggunakan alat bantu lampu. Alat ini digunakan tanpa menggunakan perahu (perahu hanya digunakan saat fishing ground).
Pengoperasian sodok dilakukan dengan tenaga manusia dan bisa dilakukan perorangan, tidak menggunakan perahu. Bisa menggunakan perahu dengan catatan hanya sebagai finishing saja, maksudnya ketika menggunakan perahu sodok hanya untuk memindahkan hasil tangkapan setelah hauling. Kedalaman maksimal sodok 1-1,5 meter dan digunakan nelayan untuk menangkap ikan di daerah berlumpur dan dangkal.
Dalam metode pengoperasian yang tidak menggunakan perahu, dengan cara membuka sisi jarring dengan mendorongnya kedasar permukaan. Alat ini bisa digunakan pada siang hari maupun malam hari. Pada malam hari sodok dalam pengoperasian dibantu dengan sejenis lampu petromaks atau yang lainnya. Mula-mula sodok didorong ke dasar permukaan, dan lampu petromaks ditempatkan diatas serok untuk menarik perhatian ikan agar ikan berkumpul disekitar daerah yang akan diserok. Kemudian setelah berkumpul, lampu petromaks dimatikan agar ikan tidak berpencar dan tetap berada disekitar daerah tersebut. Setelah itu, sodok diangkat perlahan-lahan lalu ketika sudah mendekati permukaan kecepatan penangkapan ditingkatkan.
Hasil tangkapan menggunakan sodok umumnya adalah ikan lele (Clarias batrachus), ikan bawal (Pampus argenteus), ikan teri (Stolephorus sp), ikan lemuru (Sardinella lemuru), udang, ikan gurameh (Osphronemus gouramy), dan kelompok ikan pelagis kecil lainnya

Alat Tangkap Ikan Jaring Insang (Gill Net)

Alat Tangkap Ikan Jaring Insang (Gill Net)
http://supriantopakarti.blogspot.co.id/ Gillnet adalah jaring yang berbentuk empat persegi panja
ng, mempunyai mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar jaring lebih pendek jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain jumlah mata ke bawah lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah mata pada arah panjang jaring. Lembaran-lembaran jaring pada bagian atas dilekatkan pelampung dan pada bagian bawah dilekatkan pemberat. Dengan menggunakan dua gaya yang berlawanan arah yaitu daya apung dari pelampung yang bergerak menuju ke atas dan gaya tenggelam dari pemberat ditambah dengan berat jaring dalam air yang bergerak menuju bawah, maka jaring akan terentang (Ayodhyoa, 1981).
Penentuan lebar jaring didasarkan antara lain atas pertimbangan terhadap dalamnya swimming layer dari jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan, density dari gerombolan ikan dan sebagainya, sedangkan panjang jaring tergantung pada situasi operasi penangkapan, volume kapal, dan sebagainya. Jumlah piece yang dipergunakan akan berpengaruh pada besar kecilnys catch yang mungkin akan diperoleh (Sudirman dan Mallawa, 2000).
Pada kedua ujung jaring diikatkan jangkar, sehingga letak jaring akan tertentu. Hal ini sering juga disebut set bottom gill net. Karena jaring ini direntangkan dekat pada dasar laut, maka dinamakan bottom gill net, berarti jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan dasar (bottom fish) ataupun ikan-ikan demersal. Posisi jaring dapat diperkirakan pada float berbendera/bertanda yang diletakkan pada kedua belah pihak ujung jaring, tetapi tidaklah diketahui keadaan baik buruknya rentangan jaring. (Sudirman dan Mallawa, 2000).

Daerah penangkapan dari bottom gill net meliputi perairan pantai, teluk, muara sungai, perairan dalam tergantung kepada ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan. Hasil tangkapan dari bottom gill net yaitu ikan demersal seperti ikan kerapu, ikan bawal, ikan kakap, lencam, ikan merah dan sebagainya.

Alat Tangkap Ikan Bubu

Alat Tangkap Ikan Bubu
http://supriantopakarti.blogspot.co.id/ Bubu yaitu perangkap ikan yang memiliki pintu untuk memudahkan ikan masuk dan mempersulit keluar. Bubu dapat dibedakan berdasarkan tujuan ikan yang ditangkap yaitu (1) bubu hanyut untuk menangkap ikan terbang, (2) bubu karang untuk menangkap ikan-ikan karang. Untuk menarik perhatian ikan maka dalam bubu biasa dipasang daun kelapa atau umpan. Bubu hanyut dan bubu karang yang dioperasikan nelayan di Sulawesi Selatan umumnya terbuat dari anyaman bambu dan jaring (Sudirman, 2013).
Bentuk bubu bervariasi, ada yang seperti sangkar, silinder, gendang, segi tiga memanjang (kubus) atau segi banyak, bulat setengah lingkaran dan lain-lain. Bahan bubu umumnya dari anyaman bambu.
Secara umum, bubu terdiri dari bagian-bagian, yaitu (Sudirman, 2013):
a.    Badan (body): berupa rongga, tempat dimana ikan-ikan terkurung
b.    Mulut (funnel): berbentuk seperti corong, merupakan pintu dimana ikan dapat masuk dan tidak dapat keluar.
c.    Pintu: bagian tempat pengambilan hasil tangkapan.
Konstruksi untuk bubu dasar, ukuran dasar bervariasi, menurut besar kecilnya yang dibuat menurut kebutuhan. Untuk bubu kecil, umumnya berukuran panjang 1 m, lebar 50-75 cm, tinggi 25-30 cm. untuk bubu besar dapat mencapai ukuran panjang 3,5m, lebar 2 m, tinggi 75-100 cm. Bubu ukuran besar (raksasa) tersebut telah di uji coba oleh nelayan Thailand dan telah berhasil dengan baik (Sudirman, 2013).
Sebelum penurunan bubu, terlebih dahulu dilakukan penentuan daerah penangkapan, yaitu tempat yang diduga banyak ikan demersal seperti perairan berkarang, atau perairan di mana banyak terdapat padang lamun. Setelah sampai didaerah penangkapan, langkah pertama yang dilakukan adalah pemasangan umpan kedalam bubu, kemudian penurunan pelampung tanda dan dilanjutkan dengan penurunan bubu beserta pemberatnya. Setelah sekian lama, bubu diangkat dan ikan hasil tangkapan dikeluarkan. Kadang bubu dipasang pada pagi hari dan diangkat menjelang sore hari atau dipasang pada sore hari dan diangkat pada pagi hari (Mallawa, 2012).
Jenis ikan hasil tangkapan bubu bervariasi menurut jenis bubu dan daerah di mana bubu dioperasikan. Bubu dasar yang dioperasikan diperairan karang umum menangkap ikan karang seperti baronang, ikan kerapu, ikan kakap dan sebagainya. Bubu kepiting yang dioperasikan oleh nelayan di perairan berpadang lamun selain menangkap kepiting rajungan, turut tertangkap ikan kerapu, ikan baronang dan sebagainya (Mallawa, 2012)

Alat Tangkap Ikan Rawai Dasar

Alat Tangkap Ikan Rawai Dasar
http://supriantopakarti.blogspot.co.id/ Pancing rawai dasar merupakan alat penangkapan ikan yan bersifat pasif, dipasang secara horizontal dalam suatu perairan dan masih tergolong kedalam long line .Setiap unit rawai dasar disusun dalam wadah (keranjang) sehingga mudah dioperasikan (Sudirman, 2013).
Menurut Sadhori (1985), rawai merupakan salah satu alat penangkap ikan yang terdiri dari rangkaian tali-temali yang bercabang-cabang dan pada tiaptiap ujung cabangnya dikaitkan sebuah pancing. Secara teknis operasionalnya tiap-tiap pancing diberi umpan yang tujuanya untuk menarik ikan sehingga ikan memakan umpan tersebut dan terkait oleh pancing. Secara material ada yang mengklasifikasikan rawai termasuk dalam golongan penangkap ikan tali line fishing karena bahan utama rawai ini terdiri dari tali- temali.
Pancing rawai dasar terdiri dari tiga bagian utama, yaitu : (1) tali utama (main line), (2) tali cabang (branch line), dan (3) mata pancing (hook). Selain itu, alat ini juga dilengkapi dengan pemberat dan pelampung. Bagian-bagian dari pancing rawai dasar yaitu (Sudirman, 2013):
a.    Tali utama (main line) Tali utama adalah tempat bergantungnya tali cabang. Bahan tali utama terbuat dari bahan sintetik (monofilament) yang bernomor 1000. Panjang bervariasi antara 750-850.
b.    Tali cabang (branch line) Jarak pemasangan tali cabang antara satu dengan yang lainnya adalah tiga kali panjang daripada tali cabang. Hal ini dimaksudkan agar tali cabang tidak saling terkait atau kusut. Jarak antara tali cabang adalah 5 meter, sedangkan tali cabang adalah 1,5 meter. Tali cabang terbuat dari bahan sintetik bernomor 500 dengan panjang 1,5 meter. Mata pancing (hook) yang digunakan pada alat rawai dasar bernomor 8, jumlah mata pancing yang digunakan dalam satu unit rawai bervariasi antara 150-300 buah mata pancing.
c.    Pelampung tanda. Pelampung tanda dilengkapi dengan bendera tanda. Pelampung tanda terbuat dari gabus (styrofoam) ata bahan lainnya dengan ukuran 50 cm2 sebanyak 2 buah yang ditempatkan pada kedua ujung alat tangkap. Panjang tali pelampung tanda yang digunakan adalah 30 meter dengan ukuran tali pelampung berdiameter 0,5 cm terbuat dari bahan sintetik (polyethylen).
d.   Pemberat. Pemberat yang digunakan pada saat pengoperasian pancing rawai dasar yaitu terbuat dari bahan timah dengan berat 2 kg yang bertujuan untuk memberikan daya tenggelam pada alat tangkap saat dioperasikan, pemberat tersebut diikatkan pada kedua ujung alat tangkap.

e.    Umpan. Umpan merupakan persyaratan mutlak dalam pengoperasian alat tangkap pancing rawai dasar dan pancing lainnya. Ikan yang digunakan untuk umpan adalah ikan mati tapi masih segar dan utuh sehingga di dalam air menyerupai ikan hidup. Ikan yang digunakan biasanya ikan tembang (Sardinella fimbriata), ataupun jenis ikan lainnya. Jenis hasil tangkapan dari rawai dasar yaitu jenis ikan demersal seperti ikan katamba, bambangan, cepa, pari, biji nangka, kurisi, ikan merah, dan lain-lain adalah hasil tangkapan utama dari rawai dasar (Sudirman, 2013).

Alat Tangkap Ikan Pancing Ulur (Hand Line)

Alat Tangkap Ikan Pancing Ulur (Hand Line)
http://supriantopakarti.blogspot.co.id/ Dari berbagai jenis line fishing, maka pancing ulur (hand line) memiliki struktur dan cara operasi yang paling sederhana. Struktur alat terdiri atas tali pancing (lines), pancing (hook), dan umpan (bait). Ukuran mata pancing dan besarnya tali disesuaikan dengan besarnya ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Jenis tali yang umum digunakan ialah tali monofilament dengan diameter yang berbeda-beda menurut jenis ikan. Panjang tali disesuaikan dengan kedalaman renang (swimming layer) ikan tujuan penangkapan. Alat tangkap ini dilengkapi dengan pemberat yang terbuat dari timah. Perahu yang digunakan berukuran kecil, terbuat dari kayu, kadang menggunakan mesin atau layar (Mallawa, 2012).
Dibandingkan dengan alat-alat penangkapan ikan lainnya alat pancing inilah yang prinsipnya tidak banyak mengalami kemajuan. Karena hanya melekatkan umpan pada mata pancing, lalu pancing diberi tali. Dalam teknisnya banyak mengalami kemajuan, misalnya benang yang dipakai berwarna sedemikan rupa sehingga tidak tampak dalam air, umpan diberi bau-bauan sehingga dapat memberikan rangsangan untuk dimakan, bentuknya diolah sedikian rupa sehingga menyerupai umpan yang umum disenangi oleh ikan yang menjadi tujuan penangkapan secara alamiah (Sudirman, 2013).
Cara operasi pancing tangan sangat sederhana, yaitu setelah sampai di perairan yang diyakini banyak ikan nelayan memasang umpan pada mata kail yang tersambung dengan tali. Tali diulurkan kedalam perairan sampai kedalaman tertentu, yaitu kedalaman yang diperkirakan sebagai kedalaman renang ikan tujuan penangkapan. Setelah ikan memakan umpan yang ditandai dengan adanya sentakan-sentakan kecil pada tali pancing, tali pancing dihentakkan untuk membuat mata pancing terkait pada bagian mulut ikan, tali pancing ditarik dan ikan akan tertangkap (Mallawa, 2012).

Hasil tangkapan pancing tangan bervariasi tergantung ukuran mata pancing, namun umumnya adalah ikan yang termasuk kedalam kelompok carnivore (pemakan daging) seperti cakalang, tongkol, tuna, kerapu, dan sebagainya.

Alat Tangkap Ikan Bagan Tancap

Alat Tangkap Ikan Bagan Tancap
Bagan tancap merupakan rangkaian atau susunan bambu berbentuk persegi empat yang ditancapkan sehingga berdiri kokoh di atas perairan, dimana pada tengah dari bangunan tersebut dipasang jaring. Dengan kata lain, alat tangkap ini sifatnya inmobile. Hal ini karena alat tersebut ditancapkan ke dasar perairan, yang berarti kedalaman laut tempat beroperasinya alat ini menjadi sangat terbatas yaitu perairan dangkal (Sudirman dan Mallawa, 2012).
Pada dasarnya alat ini terdiri dari bangunan bagan yang terbuat dari bambu, jaring yang berbentuk segi empat yang diikatkan pada bingkai yang terbuat dari bambu. Pada keempat sisinya terdapat bambu-bambu menyilang dan melintang yang dimaksudkan untuk memperkuat berdirinya bagan. Di atas bangunan bagan dibagian tengah terdapat bangunan rumah yang berfungsi sebagai tempat istirahat, pelindung lampu dari hujan dan tempat untuk melihat ikan (Sudirman dan Mallawa, 2012).
Di atas bangunan ini terdapat roller yang terbuat dari bambu yang berfungsi untuk menarik jaring. Umumnya alat tangkap ini berukuran 9 x 9 m sedangkan tinggi dari dasar perairan rata-rata 12 m. Dengan demikian, kedalaman perairan untuk tempat pemasangan alat tangkap ini rata-rata pada kedalaman 8 m, namun pada daerah tertentu ada yang memasang pada kedalaman 15 m, karena ditancapkan ke dasar perairan maka substrat yang baik untuk pemasangan adalah lumpur campur pasir (Sudirman dan Mallawa, 2012).
Jaring yang biasa digunakan pada alat tangkap ini adalah jaring yang terbuat dari waring dengan mesh size 0,4 cm. Posisi jaring dari bagan ini terletak di bagian bawah dari bangunan bagan yang diikatkan pada bingkai bambu yang berbentuk segi empat. Bingkai bambu tersebut dihubungkan dengan tali pada ke empat sisinya yang berfungsi untuk menarik jaring. Pada ke empat sisi jaring ini diberi pemberat yang berfungsi untuk memberikan posisi jaring yang baik selama dalam air. Ukuran jaring biasanya satu meter lebih kecil dari ukuran bangunan bagan (Sudirman dan Mallawa, 2012).
Pengoperasian bagan dimulai dengan menurunkan atau menenggelamkan waring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu. Selanjutnya lampu petromaks dinyalakan untuk memikat perhatian ikan agar berkumpul di sekitar bagan. Apabila kelompok ikan telah terkumpul dipusat cahaya, sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar kelompok ikan yang terkumpul tidak menyebar kembali. Setelah kelompok ikan terkumpul secara sempurna maka waring diangkat secara perlahan-lahan. Pada saat waring mendekati permukaan, kecepatan penangkapan lebih ditingkatkan lagi, selanjutnya ikan ditangkap dengan menggunakan serok (Baskoro dan Suherman, 2007)
Hasil tangkapan dari bagan tancap adalah sasaran utamanya adalah ikan pelagis kecil dan ikan-ikan yang mempunyai sifat fototaksis positif yaitu ikan teri (Stolephorus spp), dan avertebrata yaitu cumi-cumi (Loligo spp). Namun tidak jarang bagan tancap juga sering menangkap hasil sampingan seperti layur (Trichulus savala), tembang (Sardinella fimriata), pepetek (Leiognathus sp), kembung (Rastrelliger spp), layang (Decapterus spp), dan lain-lain (Subani dan Barus, 1989).

Pukat Cincin-Purse Seine

Pukat Cincin (Purse Seine)
Purse seine disebut juga pukat cincin karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin untuk memudahkan penarikan tali cincin. Cincin mempunyai fungsi ganda sebagai tempat lewat tali cincin dan juga berfungsi sebagai pemberat. Purse siene sampai saat ini masih merupakan alat penangkap ikan pelagis kecil yang paling produktif (Najamuddin, 2012).
Purse seine merupakan salah satu jenis alat tangkap untuk ikan-ikan pelagis. Prinsip kerja alat ini adalah melingkari gerombolan ikan dengan jarring tersebut membentuk dinding vertikal, dengan demikian gerak ikan secara horisontal dapat dihalangi, sedang bagian bawah jaring di kerucutkan untuk mencegah gerak ikan kebawah (Musbir, 1988). Berkekuatan tinggi, modernisasi bentuk kapal dan perlengkapannya, memperkenalkan cara efektif dalam mencari ikan dan mengupayakan ikan bergerombol sesuai tempat yang diinginkan (Fridman, 1988)
Perikanan purse seine telah berkembang pesat di daerah pantai dan lepas pantai. Perbaikan dari segi teknik pengoperasian telah dicapai dengan menggunakan bahan jaring dari serabut sintetis. Seperti pada alat penangkapan ikan lainnya, maka satu unit purse seine terdiri dari jaring, kapal, dan alat bantu (roller, lampu, echosounder, dan sebagainya). Pada garis besarnya jaring purse seine terdiri dari kantong (bag, bunt), badan jaring, tepi jaring, pelampung (float, crock), tali pelampung (crock line, float line), sayap (wing), pemberat (singker, lead), tali penarik (purse line), tali cincin (purse ring), dan selvage (Sudirman dan Mallawa, 2012).
Banyaknya float dan singker haruslah ditentukan dengan perbandingan yang sesuai, sehingga total daya apung dari float lebih besar dari total berat jaring dalam air. Jadi harus ada ekstra buoyancy yang berguna untuk mencegah jaring supaya tidak tenggelam sewaktu dilakukan pursing dan juga untuk menjaga jaring dari pengaruh keadaan lingkungan seperti arus, angin, gelombang, dan sebagainya (Sudirman dan Mallawa, 2012).
Netting yang digunakan untuk roundhaul net harus mempunyai strength yang cukup dan tidak akan membuat ikan terjerat pada bagian insangnya (gilled). Netting pada setiap bagian purse seine dibuat tidak sama, baik ukuran mata jaring (mesh size) maupun ukuran twine yang digunakan (Sudirman dan Mallawa, 2012).
Material atau benang bahan pembuat jaring purse seine haruslah kuat dan memiliki kecepatan tenggelam (sinking speed) yang tinggi. Benang pada purse seine haruslah kuat menahan gaya tegangan yang timbul sebagai akibat benturan ikan, tarikan jaring pada saat hauling, pengaruh arus dan sebagainya, sedang kecepatan tenggelam yang tinggi diperlukan pada melingkari ikan-ikan perenang cepat seperti ikan tuna, cakalang, layang dan sebagainya.

Nylon monofilament (polyamide) halus dan mempunyai permukaan yang licin, tetapi specific gravity-nya hanya 1,14 sehingga agak ringan bila berada dalam air. Specific gravity air laut diperkirakan sekitar 1.03, sehingga perbedaan nilai specific gravity hanyalah sekitar 0,11. Oleh karena itu, nylon tidak cocok dipasang pada seluruh jaring dan hanya digunakan pada bagian bunt saja (Sudirman dan Mallawa, 2012). Di Indonesia hasil tangkapan purse seine didominasi oleh kelompok ikan pelagis kecil seperti kembung, layang dan tembang namun turut juga tertangkap jenis ikan demersal sepeti peperek (Mallawa, 2012).

Defenisi Alat Tangkap Ikan

Defenisi Alat Tangkap Ikan
Penangkapan ikan adalah usaha melakukan penangkapan atau pengumpulan ikan atau organisme perairan lainnya yang memiliki manfaat dan nilai ekonomi yang berarti bahwa penangkapan ikan tidak hanya melakukan penagkapan ikan dengan alat tangkap tertentu tetapi juga termasuk mengumpulkan organisme yang berada dalam perairan yang dapat memberi manfaat ekonomi (Sudirman dan Mallawa,2004). Dengan peralatan dan teknik penangkapan yang tepat akan dapat menangkap ikan dengan hasil yang baik.\
Alat tangkap menyangkut pemilihan bahan tali dan jaring (net and rope materials), komposisi tali dan bahan jaring (net and rope compositions), rancang bangun alat (net designing (Sudirman, 2013). Ketepatan dalam memilih alat tangkat maka akan berakibat pada hasil yang didapat. Pemilihan alat tangkat didasarkan budaya, kondisi lahan, situasi dan lainnya.
Macam-macam alat tangkap yang biasa dikenal diuantaranya: pukat cincin (purse seine), bagan tancap, jaring insang dasar, sodok, pancing ulur, rawai dasar, dan bubu. Karakteristik dan tingkat penerapan teknologi penangkapan pada ketujuh alat tangkap ikan spesifik berdasarkan alat tangkap masing-masing.
Dari penggunaan alat tangkap tersebut diatas dapat menangkap ikan dengan hasil tangkapan ikan pelagis yaitu layang (Decapterus ruselli), cakalang (Katsuwonus pelamis), tongkol (Auxis thazard), tenggiri (Scomberomorus commerson), teri (Stolephorus sp), cendro (Tylosorus crocodulus), tembang (Sardinella sp), tuna (Thunnus sp) kembung perempuan (Rastrelliger branchysoma), layaran (Istiophorus platyperus) dan marlin (Tetratrupus), cumi-cumi (Loligo sp), bawal hitam (Formio niger), kurisi (Neminterus hexodon), tetengkek (Megalaspis cordyla). Hasil tangkapan ikan demersal yaitu kakap merah (Lutjanus malabaricus), kerapu (Cromileptes altivelis), kuwe (Caranx sexfasciatus) dan peperek (Leiognathus spp), biji nangka (Upeneus vitatus), ikan baronang, (Siganus javanus), kerapu (Cromileptes sp) rajungan (Portunus pelagicus), kerapu balong (Epinephelus fusgotustatus), ekor kuning (Caesio erythrogaster), pinjalo (Pristipomoides multidens), pari kembang (Dasyatis spp), kepiting (Scylla serrata).

Senin, 23 Mei 2016

Silabus Teknik-Alat Tangkap Ikan SMK Nautika Kapal

SILABUS MATA PELAJARAN TEKNIK DAN ALAT PENANGKAP IKAN (TAPI)
(PAKET KEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN)
Satuan Pendidikan
:
SMK/MAK
Kelas
:
XII
Kompetensi Inti
:

KI 1
:
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 
KI 2
:
Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3
:
Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.
KI 4
:
Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.


Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Pembelajaran
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
1.1   Meyakini  anugerah Tuhan pada pembelajaran teknik dan alat penangkap ikan sebagai amanat untuk kemaslahatan umat manusia





2.1     Menghayati sikap cermat, teliti dan tanggungjawab sebagai hasil dari pembelajaran teknik dan alat penangkap ikan





2.2   Menghayati pentingnya kerjasama sebagai hasil pembelajaran teknik dan alat penangkap ikan





2.3   Menghayati pentingnya kepedulian terhadap kebersihan lingkungan workshop/bengkel praktek sebagai hasil dari pembelajaran teknik dan alat penangkap ikan





2.4   Menghayati pentingnya bersikap jujur, disiplin serta bertanggungjawab sebagai hasil dari pembelajaran teknik dan alat penangkap ikan





3.1    Menganalisis dearah penangkapan ikan
4.1    Memilih dearah penangkapan ikan


Dearah penangkapan ikan :
·       Analisis dan penentuan daerah penangkapan ikan
·       Pemanfatkan sistem informasi geografis untuk pemetaan daerah penangkapan
·       Pembacaan peta prakiraan daerah penangkapan ikan
·       Jalur dan jarak tempuh berlayar terhadap daerah penangkapan ikan
·       Monitoring daerah penangkapan ikan
·       Pencatatan jenis ikan tangkapan

Mengamati
Mencari informasi tentang dearah penangkapan ikan serta aplikasi dalam kegiatan di atas kapal perikanan melalui berbagai sumber

Menanya
Diskusi kelompok tentang kaitan dengan dearah penangkapan ikan

Eksperimen/explore
·   Demonstrasi dearah penangkapan ikan secara berkelompok
·   Eksplorasi pemecahan masalah terkait dearah penangkapan ikan

Asosiasi
Menyimpulkan hasil analisis dearah penangkapan ikan

Mengkomunikasikan
Wakil masing-masing kelompok mempresentasikan hasil demonstrasi dearah penangkapan ikan secara berkelompok
Tugas
Membuat paper pemilihan dearah penangkapan ikan

Observasi
Ceklist lembar pengamatan kegiatan presentasi kelompok

Portofolio
Laporan tertulis tentang
pemilihan dearah penangkapan ikan

Tes
Tes tertulis bentuk uraian dan/atau pilihan ganda
64 JP

·     Buku Memilih Dearah Penangkapan Ikan
·     Modul Memilih Dearah Penangkapan Ikan

3.2    Menganalisis teknik penangkapan ikan
4.2    Melaksanakan teknik penangkapan ikan


Teknik penangkapan ikan :
·        Tingkah laku ikan
·        Jenis target ikan dengan pemilihan  alat tangkap yang digunakan
·       Teknik penangkapan ikan dengan menggunakan berbagai macam alat
Mengamati
Mencari informasi tentang teknik penangkapan ikan serta aplikasi dalam kegiatan di atas kapal perikanan melalui berbagai sumber

Menanya
Diskusi kelompok tentang kaitan dengan teknik penangkapan ikan

Eksperimen/explore
·   Demonstrasi teknik penangkapan ikan secara berkelompok
·   Eksplorasi pemecahan masalah terkait teknik penangkapan ikan

Asosiasi
Menyimpulkan teknik penangkapan ikan

Mengkomunikasikan
Wakil masing-masing kelompok mempresentasikan hasil demonstrasi teknik penangkapan ikan secara berkelompok
Tugas
Membuat paper teknik penangkapan ikan

Observasi
Ceklist lembar pengamatan kegiatan presentasi kelompok

Portofolio
Laporan tertulis tentang teknik penangkapan ikan

Tes
Tes tertulis bentuk uraian dan/atau pilihan ganda
96 JP
·     Buku Teknik Penangkapan Ikan
·     Modul Teknik Penangkapan Ikan

3.3    Menganalisis penangkapan ikan dengan berbagai macam alat sesuai dengan SOP
4.3    Melaksanakan penangkapan ikan dengan berbagai macam alat sesuai dengan SOP

Penangkapan ikan dengan berbagai macam alat :
·        Pengoperasian jaring lingkar
·        Pengoperasian jaring payang dan pukat udang
·        Pengoperasian jaring angkat dan jaring lempar
·        Pengoperasian jaring insang dan bubu
·        Pengoperasian alat pancing
·        Penggunaan mesin penghisap



Mengamati
Mencari informasi tentang penangkapan ikan dengan berbagai macam alat serta aplikasi dalam kegiatan di atas kapal perikanan melalui berbagai sumber

Menanya
Diskusi kelompok tentang kaitan dengan penangkapan ikan dengan berbagai macam alat

Eksperimen/explore
·   Demonstrasi penangkapan ikan dengan berbagai macam alat secara berkelompok
·   Eksplorasi pemecahan masalah terkait penangkapan ikan dengan berbagai macam alat

Asosiasi
Menyimpulkan penangkapan ikan dengan berbagai macam alat

Mengkomunikasikan
Wakil masing-masing kelompok mempresentasikan hasil demonstrasi penangkapan ikan dengan berbagai macam alat secara berkelompok
Tugas
Membuat paper penangkapan ikan dengan berbagai macam alat

Observasi
Ceklist lembar pengamatan kegiatan presentasi kelompok

Portofolio
Laporan tertulis tentang penangkapan ikan dengan berbagai macam alat

Tes
Tes tertulis bentuk uraian dan/atau pilihan ganda
96 JP
·     Buku Penangkapan Ikan dengan Berbagai Macam Alat
·     Modul Penangkapan Ikan dengan Berbagai Macam Alat

3.4   Menganalisis perawatan berbagai macam alat penangkapan ikan sesuai SOP
4.4   Merawat berbagai macam alat penangkapan ikan sesuai SOP



Perawatan berbagai macam alat penangkapan ikan :
·        Perawatan alat tangkap ikan dan peralatan dek
·        Perawatan alat
     bantu penangkapan ikan
Mengamati
Mencari informasi tentang perawatan berbagai macam  alat penangkapan ikan serta aplikasi dalam kegiatan di atas kapal perikanan melalui berbagai sumber

Menanya
Diskusi kelompok tentang kaitan dengan perawatan berbagai macam alat penangkapan ikan

Eksperimen/explore
·   Demonstrasi perawatan berbagai macam alat penangkapan ikan secara berkelompok
·   Eksplorasi pemecahan masalah terkait perawatan berbagai macam alat penangkapan ikan

Asosiasi
Menyimpulkan perawatan berbagai macam alat penangkapan ikan

Mengkomunikasikan
Wakil masing-masing kelompok mempresentasikan hasil demonstrasi perawatan berbagai macam alat penangkapan ikan secara berkelompok
Tugas
Membuat paper perawatan berbagai macam alat penangkapan ikan

Observasi
Ceklist lembar pengamatan kegiatan presentasi kelompok

Portofolio
Laporan tertulis tentang perawatan berbagai macam alat penangkapan ikan

Tes
Tes tertulis bentuk uraian dan/atau pilihan ganda
48 JP
·     Buku Perawatan Berbagai Macam Alat Penangkapan Ikan
·     Modul Perawatan Berbagai Macam Alat Penangkapan Ikan